Majelis Wakil Cabang NU (MWC-NU)
Mlarak Ponorogo

Menghidupkan Tradisi Selo di Desa Mlarak: Ziarah Leluhur dalam Rangka Bersih Desa bersama Ranting NU

Mlarak, 23 Mei 2025 – Dalam rangka menyambut dan memuliakan bulan Selo—yang dalam penanggalan Hijriah bertepatan dengan bulan Dzul Qa’dah, salah satu bulan yang dimuliakan dalam Islam—masyarakat Desa Mlarak hari ini menggelar rangkaian acara ziarah makam leluhur sebagai bagian dari tradisi Bersih Desa. Dzul Qa’dah dikenal sebagai bulan haram yang penuh keberkahan, di mana umat Islam dianjurkan memperbanyak amal baik dan menghindari perselisihan.

   

Ritual ziarah ini dilakukan di dua lokasi keramat desa, yaitu Makam Asma Gapuk dan Makam Asem Growong, tempat bersemayamnya para tokoh dan pendiri Desa Mlarak. Tahlil dipimpin oleh Kyai Yatim Hasbulloh, Ketua Tanfidziyah NU Mlarak dan Kyai Burhanudin, Katib Syuriah. Nama-nama sesepuh yang dihormati dalam acara ini antara lain:

  • Abdul Rosyid
  • Mbah Tukiman
  • Mbah Kormen
  • Mbah Rokhim
  • Umar Sholeh
  • Mbah Khohar
  • Mbah Dul Karim
  • Mbah Sanggrok
  • Mbah Asmo
  • Mbah Karmat
  • Sukat
  • Kyai Syamsuri
  • Kyai Wiyono Aris
  • Muhamad Kusen
  • Mardanus
  • Marwo
  • Kamituwo Sarkun
  • Mbah Pethun
  • Imam Subari
  • Khusnun
  • Jokaryo
  • Margan
  • Kademo
  • Dul Rosyid
  • Dul Rohim
  • Imam Kurmen
  • Imam Sujono
  • Suwoyo
  • Djuari

Dalam sambutannya, Mbah Lurah Boiran menyampaikan rasa terima kasih kepada warga atas partisipasi dalam kegiatan Bersih Desa yang telah berjalan dengan penuh khidmat. “Ini adalah wujud nyata penghargaan kita terhadap jasa para pendahulu, baik ulama maupun umara. Kita kirimkan doa terbaik sebagai hadiah kita untuk para pendahulu kita yang berjasa besar telah membuka desa Mlarak. Selain itu kita juga memanjatkan doa luntuk keselamatan dan keberkahan desa ini,” ungkapnya. Ia pun berharap agar Desa Mlarak selalu dijauhkan dari mara bahaya, warganya disejahterakan, dan segala hajat mereka dikabulkan Allah SWT.

Ziarah makam dalam tradisi keislaman dan budaya Jawa memiliki nilai spiritual yang dalam. Selain sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur, ziarah juga menjadi momen memperkuat ikatan sosial dan nilai gotong royong antarwarga.

Sebagai penutup, warga bersama-sama menikmati nasi ambeng dan ingkung ayam, sajian khas Jawa yang sarat filosofi. Nasi ambeng, disajikan di nampan besar untuk disantap bersama, melambangkan semangat kebersamaan dan kesetaraan. Sedangkan ingkung, ayam utuh yang dimasak utuh, melambangkan keutuhan keluarga, doa keberkahan, dan permohonan rezeki yang cukup dari Allah SWT.

Acara ini akan berlanjut malam hari di Balai Desa Mlarak dengan agenda selamatan dan tasyakuran yang melibatkan seluruh unsur masyarakat desa. Momentum ini tidak hanya menjadi pelestarian budaya, tetapi juga sarana membangun solidaritas, mengenang sejarah, dan meneguhkan identitas religius dan sosial warga Desa Mlarak.

Berita Terkait