Lailatul Qadar merupakan malam yang penuh berkah dalam agama Islam. Pada malam ini, Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, sebagaimana tercatat dalam Al-Qur’an Surah Al-Qadr. Banyak umat Islam yang berusaha untuk meraih kemuliaan malam tersebut, terutama pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan. Gus Baha, seorang ulama terkenal di Indonesia, memberikan pandangan yang sangat menarik dan moderat terkait dengan pencarian Lailatul Qadar. Dalam pandangannya, Gus Baha menekankan pentingnya pencarian malam yang mulia tersebut, namun dengan pemahaman yang lebih luas dan mendalam.
Lailatul Qadar sebagai Malam Nuzulul Quran
Menurut Gus Baha, Lailatul Qadar merupakan malam Nuzulul Quran, yaitu malam ketika wahyu pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Pada malam inilah, Al-Qur’an mulai diterima oleh Nabi, yang menjadi petunjuk hidup bagi umat Islam. Meskipun demikian, Nabi Muhammad SAW memerintahkan umatnya untuk serius mencari Lailatul Qadar pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, khususnya pada malam-malam ganjil. Namun, terdapat perbedaan pemahaman di kalangan para ulama mengenai kapan sebenarnya Lailatul Qadar itu terjadi. Beberapa ulama berpendapat bahwa Lailatul Qadar hanya dapat ditemukan pada malam-malam terakhir bulan Ramadhan, yaitu pada tanggal 21, 23, 25, 27, atau 29. Sebagian ulama lain, termasuk Gus Baha, menyatakan bahwa pencarian Lailatul Qadar seharusnya dimulai sejak malam ke-11 bulan Ramadhan. Gus Baha mengikuti pandangan ini dan percaya bahwa malam-malam awal Ramadhan juga memiliki nilai penting dalam pencarian Lailatul Qadar.
Lailatul Qadar Sebagai Hadiah untuk Umat Nabi Muhammad SAW
Menurut Gus Baha, Lailatul Qadar diberikan oleh Allah sebagai hadiah khusus bagi umat Nabi Muhammad SAW, yang memiliki usia rata-rata lebih pendek dibandingkan umat nabi-nabi sebelumnya. Sebagai respons atas kekhawatiran Nabi Muhammad SAW terhadap usia umatnya yang terbatas, Allah memberikan kesempatan kepada umatnya untuk meraih pahala ibadah yang setara dengan usia panjang umat nabi terdahulu, bahkan lebih baik. Dalam pandangan Gus Baha, kesempatan ini adalah bentuk kasih sayang Allah kepada umat Muhammad yang tidak dapat hidup selama seribu tahun seperti Nabi Nuh, atau ratusan tahun seperti Nabi Ibrahim. Dengan adanya Lailatul Qadar, umat Nabi Muhammad memiliki kesempatan untuk mendapatkan pahala ibadah yang setara dengan masa hidup yang panjang, bahkan lebih banyak daripada umat nabi sebelumnya.
Pencarian Lailatul Qadar dari Malam ke-11 Ramadhan
Yang menarik dari pemahaman Gus Baha adalah pendapatnya tentang pencarian Lailatul Qadar. Banyak umat Islam yang hanya fokus mencari malam yang mulia ini pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan. Namun, Gus Baha menyatakan bahwa dirinya sudah mulai mencari Lailatul Qadar sejak malam ke-11 Ramadhan. Meskipun demikian, Gus Baha tetap memotivasi umat Islam yang belum memulai pencarian mereka untuk tidak putus asa dan terus bersemangat, karena kesempatan untuk mendapatkan Lailatul Qadar masih terbuka pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan. Gus Baha tidak menentang pencarian Lailatul Qadar di akhir Ramadhan, tetapi beliau menekankan bahwa pencarian ini idealnya dimulai sejak awal Ramadhan, melalui amal ibadah yang dilakukan dengan sungguh-sungguh.
Sikap Moderat Gus Baha: Pencarian Lailatul Qadar Sepanjang Ramadhan
Sikap moderat Gus Baha dalam mencari Lailatul Qadar sangat terlihat dalam pandangannya tentang pencarian yang dimulai sejak awal Ramadhan. Gus Baha memahami bahwa ayat-ayat dalam Al-Qur’an menunjukkan bahwa Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al-Qur’an, dan Lailatul Qadar merupakan malam yang sangat istimewa dalam konteks ini. Meskipun Nabi Muhammad SAW memerintahkan umatnya untuk mencari Lailatul Qadar pada sepuluh malam terakhir Ramadhan, Gus Baha menekankan bahwa pencarian tersebut tidak harus terbatas hanya pada sepuluh malam terakhir. Pencarian Lailatul Qadar harus dimulai sejak awal Ramadhan, dengan mengisi bulan suci ini dengan amal ibadah seperti membaca Al-Qur’an, berzikir, mengkaji ilmu, dan melakukan shalat sunnah.
Dengan demikian, Gus Baha mengajarkan umat Islam untuk melihat Ramadhan sebagai bulan penuh berkah yang menawarkan berbagai kesempatan untuk mendapatkan pahala, termasuk Lailatul Qadar. Pencarian Lailatul Qadar tidak hanya terbatas pada malam-malam terakhir Ramadhan, tetapi sebaiknya dimulai sejak awal Ramadhan. Dengan berusaha sungguh-sungguh dalam beribadah sepanjang bulan ini, setiap umat Islam memiliki peluang untuk meraih keberkahan malam Lailatul Qadar.
Kesimpulan
Pandangan Gus Baha tentang Lailatul Qadar memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang pentingnya beribadah sepanjang bulan Ramadhan. Gus Baha mengajarkan bahwa pencarian Lailatul Qadar bisa dimulai sejak malam ke-11 Ramadhan, malah sejak awal Ramadhan, dengan niat dan usaha yang sungguh-sungguh. Lailatul Qadar bukan hanya sekadar malam yang dicari di sepuluh malam terakhir Ramadhan, tetapi kesempatan yang dapat diraih oleh setiap umat Nabi Muhammad SAW yang berusaha mendekatkan diri kepada Allah melalui amal ibadah. Dengan sikap moderat dan optimisme yang dimiliki Gus Baha, beliau mengingatkan kita bahwa seluruh umat Nabi Muhammad berhak mendapatkan pahala yang setara dengan umur panjang umat nabi terdahulu melalui pencarian dan pengabdian yang penuh kesungguhan dalam bulan Ramadhan.
#Essay disarikan dari Ceramah Gus Baha tentang Lailatul Qadar oleh Dr. Nur Kolis, Sekretaris MWCNU Mlarak dan Rais Syuriah Desa Mlarak