Mlarak, 7 Maret 2025 – Safari Ramadhan yang diselenggarakan oleh MWCNU Mlarak malam ini bertempat di Masjid an-Nur Gandu, berjalan dengan penuh khidmat. Kegiatan yang dihadiri oleh jamaah setempat ini mengangkat tema “Tujuan Hidup di Akhirat,” dengan tujuan untuk mengingatkan umat tentang perjalanan hidup yang hakiki menuju akhirat yang abadi.
Acara yang berlangsung penuh kekhusyukan ini dipimpin oleh K.H. Usman Yudi, M.Pd., yang menyampaikan pesan mendalam tentang makna kehidupan manusia di dunia. Dalam ceramahnya, K.H. Usman mengingatkan bahwa setiap manusia terlahir ke dunia ini dibekali dengan jasmani dan ruhani, yang keduanya harus dijaga agar tetap bersih dan suci sepanjang hidup.
“Manusia terlahir dalam keadaan suci, dan kita harus menjaga kesucian itu hingga akhir hayat, agar bisa kembali ke kampung kelahiran kita di akhirat dengan keadaan suci pula.” Hal ini menggambarkan bahwa hidup di dunia adalah proses untuk mempersiapkan diri kembali kepada Tuhan, dan dengan menjaga kesucian jiwa serta menjalankan tugas dan ibadah dengan penuh ketulusan, manusia bisa mencapai tujuan utama mereka, yaitu kehidupan yang abadi di akhirat.
Kehidupan dunia ini hanyalah sementara, dan setiap amal perbuatan yang dilakukan selama hidup akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Tuhan di akhirat. Konsep ini juga dijelaskan dalam banyak ayat Al-Qur’an dan hadis, yang menyatakan bahwa setiap individu akan diminta untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah dilakukan oleh jasad dan ruhnya selama berada di dunia.
- Pertanggungjawaban Jasmani dan Rohani
Manusia memiliki dua aspek yang harus dipertanggungjawabkan di akhirat, yaitu jasad (raga) dan ruh (jiwa/spirit). Keduanya akan diminta pertanggungjawaban atas segala perbuatan yang dilakukan selama hidup di dunia.
- Jasad akan dipertanggungjawabkan atas segala tindakan fisik yang dilakukan oleh tubuh manusia, seperti perbuatan yang melanggar hukum Allah, kekerasan, kecurangan, atau amal ibadah yang dilakukan dengan niat yang salah. Setiap perbuatan yang melibatkan jasad akan diperhitungkan oleh Allah pada hari kiamat.
- Ruh juga memiliki tanggung jawab tersendiri. Ruh adalah elemen batin yang menggerakkan jasad, dan perbuatannya berhubungan dengan niat, kesucian hati, pemikiran, dan rasa cinta kepada Allah. Ruh yang memiliki kecenderungan buruk, seperti rasa dengki, iri, sombong, atau kedengkian, akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah. Sementara, ruh yang senantiasa menjaga kebaikan, kedamaian, dan ketulusan hati akan mendapatkan ganjaran yang baik.
- Al-Qur’an dan Hadis Mengenai Pertanggungjawaban
Allah SWT dalam Al-Qur’an menegaskan bahwa setiap amal perbuatan manusia akan dihitung, dan masing-masing individu akan mempertanggungjawabkan perbuatannya.
- Al-Qur’an Surah Al-Zalzalah (99:7-8) menyatakan:
“Maka barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, pasti dia akan melihatnya. Dan barang siapa yang mengerjakan keburukan seberat zarrah pun, pasti dia akan melihatnya.” - Surah At-Tahrim (66:6) juga mengingatkan tentang pentingnya menjaga diri dan keluarga dari azab yang pedih di akhirat:
“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.”
Hadis-hadis Rasulullah SAW juga mengajarkan bahwa pada hari kiamat, tubuh dan anggota badan akan berbicara untuk memberi kesaksian atas apa yang telah dilakukan selama di dunia.
- Hadis riwayat Ahmad menyebutkan bahwa:
“Pada hari kiamat, akan ada seseorang yang dihadapkan di hadapan Allah dan tubuhnya berkata, ‘Wahai Tuhanku, aku tidak melakukan apa-apa, tetapi tangan, kaki, lidah, dan organ tubuh lainnya yang melakukan itu semua.’” Ini menunjukkan bahwa setiap bagian tubuh manusia akan memberi kesaksian atas perbuatannya.
- Proses Pertanggungjawaban di Akhirat
Menurut ajaran Islam, pada hari kiamat nanti, setiap amal perbuatan akan dihitung secara teliti oleh Allah SWT. Di hadapan-Nya, jasad dan ruh akan menjadi saksi atas apa yang telah dilakukan.
- Jasad akan memberikan kesaksian terkait dengan apa yang dilakukan oleh tubuh tersebut, seperti mengingatkan apa yang telah diperbuat dengan tangan, kaki, mulut, dan organ tubuh lainnya. Tubuh yang digunakan untuk berbuat dosa akan merasakan akibatnya.
- Ruh akan dimintai pertanggungjawaban atas niat, perasaan, dan tindakannya yang dilandasi oleh pilihan hati dan pikiran. Jika seseorang bertindak dengan niat yang baik, meskipun tidak sempurna perbuatannya, Allah akan memberikan pahala. Sebaliknya, jika niatnya buruk atau disertai dengan keinginan jahat, maka itu akan dipertanggungjawabkan.
- Tanggung Jawab dan Pembebasan Jiwa
Dalam pandangan sufistik, ruh manusia memiliki perjalanan spiritual menuju kesucian dan kedekatan dengan Tuhan. Sufi mengajarkan bahwa pertanggungjawaban ini mencakup pembebasan jiwa dari belenggu duniawi. Jiwa yang murni, yang telah membersihkan dirinya dari sifat-sifat buruk, akan dipertanggungjawabkan dengan cara yang lebih ringan dan diterima oleh Allah.
Sebaliknya, jiwa yang tercemar oleh keserakahan, keegoisan, dan kebencian akan menanggung akibat dari pilihan-pilihannya selama hidup di dunia. Oleh karena itu, dalam pandangan sufistik, membersihkan jiwa dan menjaga kesucian ruh menjadi hal yang sangat penting dalam mempersiapkan diri untuk menghadapi kehidupan akhirat.
- Kesimpulan
Keseluruhan perjalanan hidup manusia di dunia ini, baik dalam aspek jasmani maupun rohani, akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat. Setiap perbuatan yang dilakukan oleh tubuh, serta setiap niat dan perasaan yang datang dari jiwa, akan dipertanggungjawabkan oleh Allah SWT. Oleh karena itu, sangat penting bagi setiap umat Islam untuk senantiasa menjaga kesucian jasad dan ruh, mengerjakan kebaikan, dan menjauhi dosa agar dapat meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Hujan rintik yang menyertai jalannya acara semakin menambah kesyahduan suasana. Suara gemericik hujan yang lembut menyatu dengan lantunan doa dan dzikir para jamaah, menjadikan malam itu begitu penuh dengan kedamaian dan refleksi spiritual. Meskipun cuaca agak dingin, semangat jamaah yang hadir tetap menyala, menunjukkan antusiasme mereka dalam mengikuti acara Safari Ramadhan ini.
Kegiatan ini menjadi momen penting bagi umat Islam di Mlarak untuk mempererat tali silaturahmi dan memperdalam pemahaman tentang tujuan hidup di dunia dan akhirat. Dengan harapan, setiap individu yang hadir dapat lebih sadar dan termotivasi untuk menjaga kesucian hati dan memperbaiki diri agar senantiasa berada di jalan yang benar menuju kehidupan yang abadi.
Safari Ramadhan ini tidak hanya menjadi ajang untuk memperkuat ukhuwah, tetapi juga sebagai pengingat akan pentingnya kesucian dalam kehidupan setiap insan. Dengan niat yang tulus, semoga umat Islam semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT dan mempersiapkan diri untuk akhirat yang penuh kedamaian.